SEPUTAR CILACAP PART.1

Senin, 20 Februari 2012

Sejarah Kabupaten Cilacap

1. Zaman Kerajaan Jawa

Penelusuran sejarah zaman kerajaan Jawa diawali sejak zaman Kerajaan Mataram Hindu sampai dengan Kerajaan Surakarta. Pada akhir zaman Kerajaan Majapahit (1294-1478) daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap terbagi dalam wilayah-wilayah Kerajaan Majapahit, Adipati Pasir Luhur dan Kerajaan Pakuan Pajajaran, yang wilayahnya membentang dari timur ke arah barat :
- Wilayah Ki Gede Ayah dan wilayah Ki Ageng Donan dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
- Wilayah Kerajaan Nusakambangan dan wilayah Adipati Pasir Luhur
- Wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Menurut Husein Djayadiningrat, Kerajaan Hindu Pakuan Pajajaran setelah diserang oleh kerjaan Islam Banten dan Cirebon jatuh pada tahun 1579, sehingga bagian timur Kerajaan Pakuan Pajajaran diserahkan kepada Kerajaan Cirebon. Oleh karena itu seluruh wilayah cikal-bakal Kabupaten Cilacap di sebelah timur dibawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang dan sebelah barat diserahkan kepada Kerajaan Cirebon.

Kerajaan Pajang diganti dengan Kerajaan Mataram Islam yang didirikan oleh Panembahan Senopatipada tahun 1587-1755, maka daerah cikal bakal Kabupaten Cilacap yang semula di bawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang diserahkan kepada Kerajaan Mataram .

Pada tahun 1595 Kerajaan Mataram mengadakan ekspansi ke Kabupaten Galuh yang berada di wilayah Kerajaan Cirebon.

Menurut catatan harian Kompeni Belanda di Benteng Batavia, tanggal 21 Pebruari 1682 diterima surat yang berisi terjemahan perjalanan darat dari Citarum, sebelah utara Karawang ke Bagelen. Nama-nama yang dilalui dalam daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap adalah Dayeuhluhur dan Limbangan.

2. Zaman Penjajahan Belanda

Pembentukan Onder Afdeling Cilacap (dua bulan setelah Residen Launy bertugas) dengan besluit Gubernur Jenderal D.De Erens tanggal 17 Juli 1839 Nomor 1, memutuskan :
"Demi kepentingan pelaksanaan pemerintahan daerah yang lebih rapi di kawasan selatan Banyumas dan peningkatan pembangunan pelabuhan Cilacap, maka sambil menunggu usul organisasi distrik-distrik bagian selatan yang akan menjadi bagiannya, satu dari tiga Asisten Resident di Karesidenan ini akan berkedudukan di Cilacap".

Karena daerah Banyumas Selatan dianggap terlalu luas untuk dipertahankan oleh Bupati Purwokerto dan Bupati Banyumas maka dengan Besluit tanggal 27 Juni 1841 Nomor 10 ditetapkan :"Patenschap" Dayeuhluhur dipisahkan dari Kabupaten Banyumas dan dijadikan satu afdeling tersendiri yaitu afdeling Cilacap dengan ibu kota Cilacap, yang menjadi tempat kedudukan Kepala Bestuur Eropa Asisten Residen dan Kepala Bestuur Pribumi Rangga atau Onder Regent. Dengan demikian Pemerintah Pribumi dinamakan Onder Regentschap setaraf dengan Patih Kepala Daerah Dayeuhluhur.

Bagaimanapun pembentukan afdeling memenuhi keinginan Bupati Purwokerto dan Banyumas yang sudah lama ingin mengurangi daerah kekuasaan masing-masing dengan Patenschap Dayeuhluhur dan Distrik Adiraja.

Adapun batas Distrik Adiraja yang bersama pattenschap Dayeuhluhur membentuk Onder Regentschap Cilacap menurut rencana Residen Banyumas De Sturier tertanggal 31 Maret 1831 adalah sebagai berikut:
Dari muara Sungai Serayu ke hulu menuju titik tengah ketinggian Gunung Prenteng. Dari sana menuju puncak, turun ke arah tenggara pegunungan Kendeng, menuju puncak Gunung Gumelem (Igir Melayat). dari sana ke arah selatan mengikuti batas wilayah Karesidenan Banyumas menuju ke laut. Dari sana ke arah barat sepanjang pantai menuju muara Sungai Serayu.
Dari batas-batas Distrik Adiraja dapat diketahui bahwa Distrik Adiraja sebagai cikal-bakal eks Kawedanan Kroya lebih besar dari pada eks Kawedanan Kroya, karena waktu itu belum terdapat Distrik Kalireja, yang dibentuk dari sub-bagian Distrik Adiraja dan sebagai Distrik Banyumas. Sehingga luas kawasan Onder Regentschap Cilacap masih lebih besar dari luas Kabupaten Cilacap sekarang.

Pada masa Residen Banyumas ke-9 Van de Moore mengajukan usul Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 3 Oktober 1855 yang ditandatangani Gubernur Jenderal Duijmaer Van Tuist, kepada Menteri Kolonial Kerajaan Belanda dalam Kabinet Sreserpt pada tanggal 29 Desember 1855 Nomor 86, dan surat rahasia Menteri Kolonial tanggal 5 Januari 1856 Nomor 7/A disampaikan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Usul pembentukan Kabupaten Cilacap menurut Menteri Kolonial bermakna dua yaitu permohonan persetujuan pembentukan Kabupaten Cilacap dan organisasi bestir pribumi dan pengeluaran anggaran lebih dari F.5.220 per tahun yang keduanya memerlukan persetujuan Raja Belanda,setelah menerima surat rahasia Menteri Kolonial Pemerintah Hindia Belanda dengan besluit Gubernur Jenderal tanggal 21 Maret 1856 Nomor 21 antara lain menetapkan Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan menjadi Regentschap (Kabupaten Cilacap).

Daftar Nama Bupati Cilacap :

  1. R. Tumenggung Tjakra Werdana II (1858-1873)

  2. R. Tumenggung Tjakra Werdana III (1873-1875)

  3. R. Tumenggung Tjakra Werdana IV (1875-1881)

  4. R.M Adipati Tjakrawerdaya (1882-1927)

  5. R.M Adipati Arya Tjakra Sewaya (1927-1950)

  6. Raden Mas Soetedjo (1950-1952)

  7. R. Witono (1952-1954)

  8. Raden Mas Kodri (1954-1958)

  9. D.A Santoso (1958-1965)

10. Hadi Soetomo (1965-1968)

11. HS. Kartabrata (1968-1974)

12. H. RYK. Moekmin (1974-1979)

13. Poedjono Pranyoto (1979-1987)

14. H. Mohamad Supardi (1987-1997)

15. H. Herry Tabri Karta, SH (1997-2002)

16. H. Probo Yulastoro, S.Sos, MM, M.Si (2002-2009)
17. H. Tatto Suwarto Pamuji (2011-sekarang).

Mau lihat sumbernya monggo : 
KLIK DI SINI

[+/-] Selengkapnya...

Senin, 13 Februari 2012

FALSAFAH HIDUP ORANG JAWA

Ngelmu Pring (Falsafah Bambu) 

Ada lagu bagus nih dari penyanyi beraliran hip-hop asal Jogja yang bernama Rotra. Judulnya Ngelmu Pring, kalau dalam bahasa Indonesia kira-kira artinya Falsafah Bambu. Sesuai dengan judulnya, lirik lagu ini maknanya sangat bagus, tentang bambu dan segala manfaatnya dalam kehidupan bagi manusia, intinya semua yang ada pada bambu ada manfaatnya, begitupun manusia seharusnya bisa mencontoh tanaman yang termasuk rumput-rumputan ini.

Semoga dengan membaca tulisan ini kita jadi tersadarkan diri bahwa kita harus seperti pohon bambu ( pring)


pring reketeg gunung gamping ambrol,
ati kudu teteg ja nganti urip ketakol….
pring reketeg gunung gamping ambrol,
uripa sing jejeg nek ra eling jebol….

pring deling, tegese kendel lan eling…
kendel marga eling, timbang nggrundel nganti suwing
pring kuwi suket, dhuwur tur jejeg…
rejeki seret, rasah dha buneg
pring ori, urip iku mati….
kabeh sing urip mesti bakale mati
pring apus, urip iku lampus…..
dadi wong urip aja seneng apus-apus
pring petung, urip iku suwung….
sanajan suwung nanging aja padha bingung
pring wuluh, urip iku tuwuh…
aja mung embuh, ethok-ethok ora weruh
pring cendani, urip iku wani…
wani ngadepi, aja mlayu marga wedi
pring kuning, urip iku eling….
wajib padha eling, eling marang Sing Peparing

pring iku mung suket,
ning omah asale seka pring,
usuk seka pring,
cagak seka pring,
gedhek iku pring,
lincak uga pring,
kepang cetha pring,
tampare ya mung pring….
kalo, tampah, serok, asale seka pring….
pikulan, tepas, tenggok, digawe nganggo pring….
mangan enak, mancing iwak, walesane ya pring…
jangan bung, aku gandrung, jebule bakal pring…

nek ngono pancen penting, kabeh sing nang nggon wit pring
pancen penting tumraping manungsa sing dha eling
eling awake, eling pepadhane, eling patine, lan eling Gustine…
wong urip kudu eling, iso urip seka pring
tekan titi wancine ya digotong nganggo pring
bali nang ngisor lemah, padha ngisor oyot pring
mulane padha eling, elinga Sing Peparing….

ora bakal bubrah marga iso melur…
kena dinggo mikul, ning aja ketungkul
urip kuwi abot, ja digawe abot…
akeh repot, sak trek ora amot
mulane uripmu aja dha kaku….
melura, pasraha, ra sah dha nesu
aja mangu-mangu ning terus mlaku…
sanajan ro ngguyu aja lali wektu
kowe bakal bisa urip rekasa….
ning kudu percaya uga sregep ndonga
Gusti paringana, luwih pangapura…
marang kawula ingkang kathah lepat lan dosa
aja nggresula, aja wedi
dudu kowe, ning Gusti sing mesti luwih ngerti….
ngatur urip lan mati,
nyukupi rejeki,
paring tentreming ati,
cukup sandang pangan papan,
bakal mukti pakarti….


Terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia :
*Pring = Bambu
Pring reketeg, gunung gamping (kapur) runtuh, hati harus tegar jangan sampai hidup
Pring reketeg, gunung gamping runtuh, hiduplah yang lurus kalau lupa jebol
Pring deling, artinya berani dan ingat, berani karena ingat, daripada menggerutu membuat bibir sumbing
Pring itu rumput(?), tinggi tapi lurus, rejeki pelan jangan pada sedih
Pring ori, hidup itu ujungnya mati, semua yang hidup pasti mati
Pring apus, hidup itu ujungnya mati, jadi orang hidup jangan suka berbohong
Pring petung, hidup itu gila, tapi meskipun gila, jangan pada bingung
Pring wuluh, hidup itu bertumbuh, jangan cuma ngga peduli, pura-pura tidak tahu
Pring cendani, hidup itu harus berani, berani menghadapi, jangan cuma lari ketakutan
Pring kuning, hidup itu harus ingat, wajib untuk ingat, ingat kepada Yang Memberi
Pring itu cuma rumput, tapi rumah itu dari bambu
rusuk rumah dari bambu, tiang juga dari bambu, gedheg itu bambu
lincak (kursibambu) juga bambu, kepang jelas bambu, tampare juga cuma dari bambu
kalo, tampah, serok asalnya bambu. pikulan, kipas, tempat nasi, dibuat dari bambu
makan enak atau mancing ikan, alas duduknya juga pakai bambu
jangan bung (sayur rebung), aku suka, ternyata juga bambu!
kalau begitu memang penting, semua bagian tanaman bambu
memang penting buat manusia yang mengingat
ingat diri sendiri, ingat sesamanya, ingat kehidupannya dan ingat Tuhannya
orang hidup harus ingat, bisa hidup dari bambu, sampai akhir hayat ya akhirnya diangkat pakai bambu (peti mati biasa diangkat pakai bambu kan..)
kembali ke dalam tanah, dibawah akar bambu, makanya ingatlah, ingat pada Yang Memberi
ngga bakal rusak karena bisa melar, bisa dipakai mikul, tapi jangan ketungkul
hidup itu udah berat, jangan dibikin tambah berat, kalo terlalu repot nanti satu truk ngga cukup
makanya hidupmu jangan kaku, melebarlah, berserahlah, jangan marah-marah
jangan termangu-mangu tapi terus berjalan, sambil tertawa, tapi jangan lupa waktu
kamu bakal hidup menderita, tapi tetap harus percaya dan rajin berdoa
Tuhan anugerahilah: lebih banyak maaf, kepada hamba yang banyak salah dan dosa
Janganlah menggerutu, jangan takut, bukan kamu tapi Tuhan yang pasti lebih tahu
Dia mengatur hidup dan mati, mencukupkan rejeki, memberikan ketentraman hati
cukup sandang pangan papan, bakal memberi pengertian

Notes:
- Pring reketeg itu frase bahasa jawa yang artinya bambu yang mengeluarkan bunyi mengerenyit, suaranya kedengaran seperti reketeg
- Pring deling, pring ori, pring apus, pring wuluh, pring petung, pring cendani, pring kuning adalah tipe-tipe bambu dalam bahasa jawa

Kalau mendengar lagu ini (dan mengetahui maknanya) pasti akan membuat kita selalu bersyukur dan lebih optimis dalam menjalani hidup. Semoga!!!
Link Download:


sumber:  buka disini

   

[+/-] Selengkapnya...